Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Rabu, 23 Februari 2011

Sistem Ekskresi pada Manusia

Semoga dengan adanya blogger ini anda dapat mengetahui Sistem Ekskresi Manusia
semoga bermanfaat.....


Pada Organisme, pengeluaran zat sisa dari dalam tubuh itu disebut eksresi.
Salah satunya pada Sistem Ekskresi Manusia meliputi: Paru-paru, Ginjal, Hati, dan Kulit.
Jika  Zat sisa tidak dikeluarkan dari dalam tubuh, zat itu akan meracuni tubuh, semakin banyak kegiatan organisme, semakin banyak energi yang dibutuhkan dan semakin banyak zat sisa yang harus dikeluarkan.
Untuk mengeluarkan zat sisa dari dalam tubuh diperlukan alat-alat pengeluaran atau organ ekskresi.


Paru-Paru
Paru-paru
Mengenai sistem respirasi, paru-paru juga termasuk dalam sistem ekskresi, karena saat bernapas kamu menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dan uap air. Oksigen dari paru-paru dibawa oleh sel darah ke seluruh tubuh. Di dalam jaringan tubuh, oksigen digunakan untuk melakukan berbagai metabolisme. Metabolisme tersebut menghasilkan karbondioksida dan air. Karbondioksida dan air hasil metabolisme diangkut oleh darah ke paru-paru termasuk organ ekskresi.



Ginjal
Letak dan bagian Ginjal
Manusia mempunyai sepasang ginjal yang terletak di dalam rongga perut sebelah kiri dan kanan. Ginjal berbentuk seperti kacang berwarna merah tua. Ginjal merupakan organ ekskresi karena mengeluarkan zat sisa metabolisme berupa urine. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dengan panjang sekitar 10cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung menuju ginjal. Ginjal manusia tersusun atas kulit ginjal, sumsum ginjal, dan rongga ginjal.

Kulit Ginjal (Korteks)
Kulit ginjal merupakan bagian ginjal paling luar. Kulit ginjal berisi sel-sel nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Tiap sel nefron terdiri dari badan Malpighi yang tersusun atas Glomerulus dan Kapsula Bowman. Glomerulus merupakan kapiler, sedangkan Kapsula Bowman merupakan saluran buntu yang bentuknya membulat mengelilingi glomerulus.

Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal tersusun dari beberapa badan yang berbentuk kerucut yang disebut Piramida. Pada bagian ini terdapat ribuan pembuluh halus yang merupakan kelanjutan dari Kapsula Bowman.

Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Urine hasil penyaringan dari glomerulus menetes terus-menerus menuju ke rongga ginjal sebagai tempat menampung urine, selanjutnya, urine meninggalkan rongga ginjal menuju ke kandung kemih.

Glomerulus
Darah dari dalam pembuluh nadi ginjal akan disaring oleh bagian badan Malpighi. Darah di dalam glomerulus mengandung air, gula, garam, urea, dan asam amino. Molekul-molekul yang berukuran besar seperti protein dan sel-sel darah tidak dapat melalui glomerulus. Setelah mengalami penyaringan (filtrasi), hasilnya berupa filtrat glomerulus kemudian masuk ke kapsula Bowman. Filtrat ini disebut Urine Primer. Di dalam urine primer terdapat zat yang masih diperlukan oleh tubuh, misalnya glukosa, air, garam, dan asam amino. Urine primer ini selanjutnya mengalir melalui saluran yang berliku-liku dan dikelilingi pembuluh darah. Pada saluran ini, terjadi penyerapan kembali (Reabsorpsi) dari zat-zat yang masih diperlukan tubuh. Saluran ini, menghasilkan cairan dengan kadar urea lebih tinggi yang disebut (Urine Sekunder). Urne sekunder bercampur dengan zat-zat yang lain yang sudah tidak diperlukan tubuh sehingga diperoleh hasil penyaringan berupa urine sebenarnya yaitu urine yang sudah tidak mengandung gula dan protein. Selanjutnya, urine ini dikumpulkan di saluran pengumpul menuju ke rongga ginjal. Urine dialirkan melalui ureter menuju ke kandung kemih dan dikeluarkan melalui uretra

Dalam Keadaan normal, urine mengandung zat-zat sebagai berikut:
a. Air
b. Urea, asam urea, amonia yang merupakan sisa-sisa pembongkaran protein.
c. Garam mineral, terutama garam dapur.
d. Zat Warna empedu yang memberi warna kuning pada tinja dan urine.
e. Zat-zat yang berlebihan dalam darah, misalnya obat-obatan, vitamin, enzim, dan hormon.



Hati
Hati
Hati adalah kelenjar terbesar pada tubuh manusia, Letaknya di dalam rongga perut sebelah kanan, dibawah diafragma, berwarna merah kecoklatan. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disalurkan ke dalam usus dua belas jari untuk mencerna lemak. Oleh karena itu, hati termasuk salah satu organ ekskresi, hati berfungsi sebagai berikut:
a. Mengatur kadar gula dalam darah.
b. Menawarkan racun.
c. Membentuk protrombin dan fibrinogen.
d. Mengubah provitamin A menjadi vitamin A.
e. Mengubah gula menjadi gula otot atau glikogen dan tempat penyimpanannya.
f. Membentuk Urea.



Kulit
Struktur Kulit
Kulit mengeluarkan zat sisa metabolisme berupa keringat. Oleh karena itu, kulit juga termasuk organ ekskresi. Pusat pengatur suhu pada susunan saraf pusat mengatur aktifitas kelenjar keringat. Keringat mengandung air, garam, dan urea. Selain berfungsi mengekresikan keringat, kulit juga berfungsi sebagai organ pelindung, organ penerima rangsang, dan pengatur suhu tubuh.

Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh kita. Kulit tersusun dari dua lapisan utama yaitu kulit ari (epidermis) dan lapisan kulit jangat (dermis).

Kulit Ari (Epidermis).
Kulit ari tersusun atas lapisan tanduk dan lapisan Malpighi. Lapisan tanduk terdiri dari sel-sel yang telah mati dan mudah mengelupas sehingga selalu digantikan oleh sel-sel yang ada di bawahnya. Lapisan tanduk berfungsi untuk mencegah penguapan yang berlebihan. Di bawah lapisan ini berfungsi sebagai pelindung dari bahaya sinar matahari terutama sinar ultraviolet.

Kulit Jangat (Dermis).
Di dalam lapisan kulit jangat terdapat akar rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat, pembuluh darah, pembuluh getah bening, dan ujung saraf. Pembuluh darah dan Getah bening berfungsi memberi makanan pada akar rambut dan mengambil zat-zat sisa. Jaringan di bawah kulit berupa jaringan lemak yang berfungsi sebagai cadangan makanan dan pelindung dari benturan. Kulit berfungsi sebagai alat pengeluaran.

Jumat, 04 Februari 2011

Fauna Indonesia

Selamat Datang, anda telah mengunjungi blogger saya...
Semoga bermanfaat dengan adanya artikel ini...



Fauna Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan tropis. Keanekaragaman yang tinggi ini disebabkan oleh Garis Wallacea membagi Indonesia menjadi dua area: zona zoogeografi Asia, yang dipengaruhi oleh fauna Asia, dan zona zoogeografi Australasia, dipengaruhi oleh fauna Australia. Pencampuran fauna di Indonesia juga dipengaruhi oleh ekosistem yang beragam diantaranya: pantai, bukit pasir, muara, hutan bakau dan terumbu karang.
Masalah ekologi yang muncul di Indonesia adalah proses industrialisasi dan pertumbuhan populasi yang tinggi, yang menyebabkan prioritas pemeliharaan lingkungan menjadi terpinggirkan. Keadaan ini menjadi semakin buruk akibat aktivitas pembalakan liar. yang menyebabkan berkurangnya area hutan; sedangkan masalah lain, termasuk tingginya urbanisasi, polusi udara, manajemen sampah dan sistem pengolahan limbah juga berperan dalam perusakan hutan.


Asal mula fauna Indonesia sangat dipengaruhi oleh aspek geografi dan peristiwa geologi di benua Asia dan Australia. Pada zaman purba, pulau Irian (New Guinea) tergabung dengan benua australia

Hughasiusilum

Nama dari benua Ausralia 12.000.000 tahun yang lalu untuk sebagai landasan benua Australia yang akan dibentuk dari batuan yang umurnya muda yaitu kurang dari 2 juta tahun.
Garis Wallacea
Benua Australia membentuk super benua yang dinamakan superbenua selatan Gondwana. Superbenua ini mulai terpecah 140 juta tahun yang lalu, dan daerah New Guinea (yang dikenal sebagai Sahul) bergerak menuju khatulistiwa. Akibatnya, hewan di New Guinea berpindah ke benua Australia dan demikian pula sebaliknya, menimbulkan berbagai macam spesies yang hidup di berbagai area hidup dalam ekosistem. Aktivitas ini terus berlanjut dua daerah ini benar-benar terpisah.
Di lain pihak, pengaruh benua Asia merupakan akibat dari reformasi superbenua Laurasia, yang timbul setelah pecahnya Rodinia sekitar 1 milyar tahun yang lalu. Sekitar 200 juta tahun yang lalu, superbenua Laurasia benar-benar terpisah, membentuk Laurentia (sekarang Amerika) dan Eurasia Pada saat itu, sebagian wilayah Indonesia masih belum terpisah dari superbenua Eurasia. Akibatnya, hewan-hewan dari Eurasia dapat saling berpindah dalam wilayah kepulauan Indonesia, dan dalam ekosistem yang berbeda, terbentuklah spesies-spesies baru.
Pada abad ke-19, Alfred Russel Wallace mengusulkan ide tentang Garis Wallace, yang merupakan suatu garis imajiner yang membagi kepulauan Indonesia ke dalam dua daerah, daerah zoogeografis Asia dan daerah zoogeografis Australasia (Wallacea). Garis tersebut ditarik melalui kepulauan Melayu, diantara Kalimantan (Borneo) dan Sulawesi(Celebes); dan diantara Bali dan Lombok.Walaupun jarak antara Bali dan Lombok relatif pendek, sekitar 35 kilometer, distribusi fauna di sini sangat dipengaruhi oleh garis ini. Sebagai contoh, sekelompok burung tidak akan mau menyeberang laut terbuka walaupun jaraknya pendek.

Paparan Sunda

Hewan-hewan di daerah paparan Sunda, yang meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan dan pulau-pulau kecil yang mengelilinginya, memiliki karakteristik yang menyerupai fauna di Asia. Selama zaman es  setelah Laurasia terpecah, daratan benua Asia terhubung dengan kepulauan Indonesia. Selain itu, kedalaman laut yang relatif dangkal memungkinkan hewan-hewan untuk bermigrasi ke paparan Sunda. Spesies-spesies besar seperti harimau, badak, orangutan, gajah dan leopard ada di daerah ini, walaupun sebagian hewan ini sekarang dikategorikan terancum punah. Selat Makassar, laut antara Kalimantan dan Sulawesi, serta selat Lombok, antara Bali dan Lombok, yang menjadi pemisah dari Garis Wallace, menandakan akhir dari daerah paparan Sunda.



Mamalia

Harimau Sumatra
Paparan Sunda memiliki spesies berjumlah total 381. Dari jumlah itu, 173 di antaranya merupakan spesies endemik daerah ini. Sebagian besar dari spesies-spesies ini terancam keberadaannya. Dua spesies orangutan, Pongo pymaeus (orangutan Kalimantan) dan Pongo abelii (Orangutan Sumatra) termasuk dalam daftar merah IUCN. Mamalia terkenal lain, seperti kera berhidung panjang Kalimantan (Nasalis larvatus ), badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) juga sangat terancam jumlah populasinya.

Burung

Menurut Konservasi International, sebanyak 771 spesies unggas terdapat di paparan Sunda. Sebanyak 146 spesies merupakan endemik daerah ini. Pulau Jawa dan Bali memiliki paling sedikit 20 spesies endemik, termasuk Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dan Cerek Jawa (Charadrius javanicus).
Jalak Bali
Berdasarkan data dari Burung Indonesia, jumlah jenis burung di Indonesia sebanyak 1598 jenis . Dengan ini membawa Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara yang memiliki jumlah jenis burung terbanyak se-Asia. Sejak tahun 2007, Burung Indonesia secara berkala memantau status keterancaman dari burung-burung terancam punah yang berada di Indonesia berdasarkan data dari BirdLife International. Tahun 2007-2009 terjadi penurunan status keterancaman burung secara berturut-turut mulai dari 119 jenis (2007), 118 jenis (2008), dan 117 jenis (2009).

Reptil dan Amfibia

Sebanyak 449 spesies dari 125 genus reptil diperkirakan hidup di paparan Sunda. Sebanyak 249 spesies dan 24 genus di antaranya adalah endemik. Tiga famili reptil juga merupakan endemik di wilayah ini: Anomochilidae, Xenophidiidae and Lanthanotidae. Famili Lanthanotidae diwakili oleh earless monitor (Lanthanotus borneensis), kadal coklat Kalimantan yang sangat langka dan jarang ditemui. Sekitar 242 spesies amfibia dalam 41 genus hidup di daerah ini. Sebanyak 172 spesies, termasuk Caecilian dan enam genus adalah endemik.

Ikan

Sebanyak hampir 200 spesies baru ditemukan di daerah ini dalam sepuluh tahun terakhir. Sekitar 1000 spesies ikan diketahui hidup di dalam sungai, danau, dan rawa-rawa di paparan Sunda. Kalimantan mempunyai sekitar 430 spesies, dan sekitar 164 di antaranya diduga endemik. Sumatra memiliki 270 spesies, sebanyak 42 di antaranya endemik.Ikan arwana emas (Scleropages formosus) yang cukup terkenal merupakan contoh ikan di daerah ini.


Wallacea 

Wallacea merupakan daerah transisi biogeografis antara paparan Sunda ke arah barat, dan daerah Australasian ke arah timur. Daerah ini meliputi sekitar 338.494 km² area daratan, terbagi ke dalam banyak pulau kecil. Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan sebagian Nusa Tenggara merupakan bagian dari daerah ini. Karena faktor geografinya, daerah ini terdiri dari banyak jenis hewan endemik dan spesies fauna yang unik.

Mamalia

Wallacea mempunyai sejumlah 223 spesies asli mamalia. Sebanyak 126 di antaranya merupakan endemik daerah ini. Sebanyak 124 spesies kelelawar bisa ditemukan di daerah ini.Sulawesi, sebagai pulau terbesar di daerah ini memiliki jumlah mamalia yang paling banyak. Sejumlah 136 spesies, 82 spesies dan seperempat genus di antaranya adalah endemik. Spesies yang luar biasa, seperti anoa  (Bubalus depressicornis) dan babi rusa (Babyrousa babyrussa) hidup di pulau ini. Sedikitnya tujuh spesies kera (Macaca spp.) dan lima spesies tarsius(Tarsius spp.)  juga merupakan hewan khas daerah ini.

Burung

Lebih dari 700 jenis burung bisa ditemui di Wallacea, dan lebih dari setengahnya adalah endemik kawasan ini. Di antara 258 genus yang ada, ada 11%-nya adalah endemik kawasan Wallacea. Sejumlah 16 genus hanya dapat dijumpai di subkawasan Sulawesi. Subkawasan Sulawesi terdiri dari pulau utama Sulawesi, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, termasuk Kepulauan Talaud dan Sangihe di utara, Pulau Madu di Laut Flores di sebelah selatan, termasuk juga Kep. Togian, Kep. Banggai, Kep. Tukangbesi, dan Kep. Sula yang menjembatani kekayaan keragaman burung antara subkawasan Sulawesi dan Maluku. Banyaknya jumlah jenis endemik di subkawasan ini tidak hanya berasal dari pulau utama Sulawesi tapi juga tersebar di banyak pulau-pulau kecil di sekitarnya, seperti Serindit sangihe(Loriculus catamene, Seriwang sangihe (Eutrichomyias rowleyi), Gagak banggai (Corvus unicolor), Punggok Togian (Ninox burhani), Gosong sula (Megapodius bernsteinii), Kepudang-sungu sula (Coracina sula), dan Raja-perling sula (Basilornis galeatus). Sedangkan jenis-jenis endemik pulau Sulawesi meliputi Anis sulawesi (Cataponera turdoides), Sikatan matinan (Cyornis sanfordi), Julang sulawesi (Aceros cassidix) dan Kangkareng sulawesi (Penelopides exarhatus). Banyak jenis yang hanya terdapat di subkawasan ini adalah jenis-jenis terancam punah secara global.

Reptil dan Amfibia

Dengan 222 spesies, 99 di antaranya endemik, Wallacea memiliki jenis reptil yang sangat beragam. Di antaranya adalah 118 spesies kadal yang 60 di antaranya adalah endemik; 98 spesies ular, 37 spesies di antaranya adalah endemik; lima spesies kura-kura, dua spesiesnya merupakan endemik; dan satu spesies buaya, buaya Indo-Pasifik (Crocodylus porosus). Tiga genus endemik ular yang hanya dapat ditemukan di wilayah ini: Calamorhabdium, Rabdion, dan Cyclotyphlops. Salah satu reptil yang mungkin paling terkenal di Wallacea adalah komodo (Varanus komodoensis), yang diketahui keberadaannya hanya di Pulau Komodo, Padar, Rinca, dan tepi barat Flores.
Sebanyak 58 spesies amfibia khas dapat ditemukan di Wallacea. Sebanyak 32 spesies di antaranya adalah endemik. Ini menggambarkan kombinasi elemen katak daerah Indo-Melayu dan Australasia yang mempesona.

Ikan

Ada sekitar 310 spesies ikan tercatat dari sungai-sungai dan danau-danau Wallacea. Sebanyak 75 spesies di antaranya adalah endemik. Walaupun masih sedikit yang dapat diketahui mengenai ikan ikan dari Kepulauan Maluku dan Kepulauan Sunda Kecil, 6 spesies diketahui sebagai endemik. Di pulau Sulawesi, ada 69 spesies yang diketahui, 53 di antaranya adalah endemik.Danau Maili di Sulawesi Selatan, dengan kedalamannya yang kompleks dan arusnya yang deras memiliki paling sedikit 15 jenis ikan telmatherinid endemik, dua di antaranya mewakili genus endemik, tiga endemik Oryzia, dua endemik halfbeaks, dan tujuh endemik gobie.

Invertebrata

Terdapat sekitar 82 spesies kupu-kupu yang ada di daerah Wallacea, 44 spesies di antaranya adalah endemik. Sejumlah 109 spesies kumbang juga terdapat di sekitar daerah wilayah ini, 79 di antaranya adalah endemik. Satu spesies yang mengagumkan dan mungkin merupakan lebah terbesar di dunia, (Chalicodoma pluto) terdapat di utara Maluku. Serangga yang hewan betinanya bisa tumbuh sampai 4 cm ini, membangun sarang secara komunal pada sarang rayap di pepohonan hutan dataran rendah.
Sekitar 50 moluska endemik, tiga spesies kepiting endemik, dan sejumlah spesies udang endemik juga diketahui berasal dari Wallacea.